Virus corona mulai menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Di berbagai negara banyak yg langsung melakukan lockdown, di Indonesia sendiri masih menganggap remeh virus corona ini. Hingga muncullah si empon² yg dapat menangkal virus corona, mulailah harga rempah² melambung tinggi, seperti kunyit, jahe, temulawak, kunci, sampe² "sold out". Kalo saya sendiri emang dasarnya suka minum jamu dari kecil jadi ga usah ngikutin trend saat ini.
Dengan menggunakan masker juga di percaya dapat menangkal virus corona, sampai ada istilah "tukang masker naik haji" karena harga masker yg mulai ikut²an melambung tinggi juga. Belum lama ini Pak Suami dapat telepon dari temennya, nawarin masker dengan harga 300rb isi 40 atau 50 lembar, padahal sebelum wabah corona merebak, ada teman saya yg jual dengan harga 50rb isi 50lembar. Bagi kaum menengah ke bawah masker tidaklah penting yg penting bisa makan. Seperti simbah² yg biasa jualan di sekolah anak saya, mungkin usianya 80 atau 90 thnan mana mengerti harus menggunakan masker atau rajin cuci tangan yg penting adalah bisa jualan dan bisa makan.
Menurut dr. Ronald Irwanto dokter spesialis penyakit dalam, tanpa kita sadari dengan menggunakan masker pun dpt tetap terinfeksi virus corona, contoh ada yg menggunakan masker, bentar² dibenerin maskernya otomatis tanpa disadari juga tangan kita sudah memegang masker yg di pake, mulai tersebarlah virusnya. Naah hal seperti inilah yg tidak kita ketahui.
Di Indonesia sendiri masih susah jika akan menerapkan sistem lockdown. Karena jika akan menggunakan sistem lokcdown perlu ada logistik yg memadai, terutama bagi yg menengah ke bawah yg lebih banyak membutuhkan. Perekonomian merosot itu sudah jelas, tetapi rakyat bebas corona dan terjamin kesehatannya itu lebih penting.
Saya punya teman yg bekerja di pusat perbelanjaan, dia pun bercerita jika setiap hari kontak dengan orang banyak, dan dia hanya menggunakan masker dan hand sanitizer, bahkan dia harus dalam keadaan sehat walafiat dengan menambah multivitamin yg dibelinya sendiri, jika teman saya ini setiap hari harus mengkonsumsi multivitamin, berapa gaji yg diterimanya, dikurangi pembelian multivitamin, yg seharusnya bisa untuk makan dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Teman saya juga cerita keadaan di pusat perbelanjaan tempatnya bekerja, setiap hari orang² "panic buying". Ini real, saya hanya titip minta tolong belikan pemutih pakaian dan tisu basah itu saja, dia harus datang pagi dan menyimpan dulu barangnya karena siang sedikit aja barang² tersebut udah ludes habis. Karena kaum menengah bawah, bahkan yg tidak pernah bepergian ke luar negeri, terutama yg dipedesaan yg paling dirugikan.
Saya punya teman yg bekerja di pusat perbelanjaan, dia pun bercerita jika setiap hari kontak dengan orang banyak, dan dia hanya menggunakan masker dan hand sanitizer, bahkan dia harus dalam keadaan sehat walafiat dengan menambah multivitamin yg dibelinya sendiri, jika teman saya ini setiap hari harus mengkonsumsi multivitamin, berapa gaji yg diterimanya, dikurangi pembelian multivitamin, yg seharusnya bisa untuk makan dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Teman saya juga cerita keadaan di pusat perbelanjaan tempatnya bekerja, setiap hari orang² "panic buying". Ini real, saya hanya titip minta tolong belikan pemutih pakaian dan tisu basah itu saja, dia harus datang pagi dan menyimpan dulu barangnya karena siang sedikit aja barang² tersebut udah ludes habis. Karena kaum menengah bawah, bahkan yg tidak pernah bepergian ke luar negeri, terutama yg dipedesaan yg paling dirugikan.
Di sini saya tidak menyalahkan pemerintah, tetapi saat ini adalah pemerintah sedang berlomba² dengan virus corona, dimana pemerintah harus bisa bergerak cepat agar virus corona tidak cepat menyebar luas. Berharap tidak ada lagi korban yg terinfeksi virus corona, seperti 8 dokter yg meninggal karena mengabdikan dirinya sebagai dokter yg berada di garda terdepan.
Jika teman² panic buying dengan memborong makanan, masker, hand sanitizer, hingga kebutuhan lainnya, coba bayangkan bagaimana para tenakes, tim medis, cleaning servis, securty dan para pekerja lainnya yg memang lebih membutuhkan karena mereka memiliki tugas untuk menjaga kita semua, jika mereka terinfeksi virus corona siapa yg akan merawat kita, membersihkan rumah sakit, menjaga keamanan di sekitar kita. Para dokter, tim medis, tenakes masih kesulitan APD dan kekurangan APD, mari kita bantu mereka sebisa mungkin kita lakukan, contoh kecil dengan tidak menimbun masker dan kawan²nya, kita beli secukupnya yg kita pakai, sehingga harga² pun ga akan melambung tinggi dan barang² tidak akan langka. Tidak usah membeli sembako hingga berkarton² karena kita patutnya tetap bersyukur #dirumahaja masih bisa makan, minum, olahraga, rebahan, mereka yg sedang bertugas, terutama yg berada diruang isolasi menggunakan pakaian astronot (saya dan anak² menyebutnya) mau makan dan minum aja harus ditahan, bahkan berusaha tidak ke kamar mandi berjam - jam karena keterbatasan APD yg hanya sekali pake, setelah di pake harus di buang.
Ini adalah foto para tenakes RSUD dr. Soekardjo
Seminggu yg lalu saya dapat kiriman foto dari teman, yg meminta doa utk rekan² tenakes yg sedang berjuang di ruang isolasi di RSUD dr. Soekardjo. Sedih dan terharu melihat foto tersebut, sungguh mereka demi janji dan sumpah rela merawat yg terinfeksi virus corona, padahal di rumah ada keluarga, istri dan anak yg menunggu kepulangan mereka setiap saat. Mereka yg sekarang berada di garda terdepan adalah pahlawan yg sesungguhnya.
Yuuk kita bantu mereka bekerja, sayangi orang terdekat kalian dengan menjaga diri, bertahan dengan sabar #dirumahaja, stop panic buying baik peralatan kesehatan maupun sembako.
Oiya buat teman² yg punya bahan baku untuk membuat APD bisa hubungi saya, dan buat yg membutuhkan APD bisa hubungi saya juga, tetapi hanya untuk instansi yg betul² membutuhkan, karena tidak dikomersilkan.


























